Maafkan Aku (Cerpen)

Rio membanting kasar ranselnya diatas meja, lalu bergegas duduk dibangku sekolah yang telah 2 minggu ini tak disentuhnya. Ia menelungkupkan sebagian kepalanya, tak ingin mengganggu acara teman-temannya yang kini tengah sibuk melepas rindu.

Bukan ia tak memiliki rasa sosial, namun saat ini seluruh rasanya telah tersedot untuk seorang gadis. Gadis yang kini tengah dirindunya, disayangnya, dicintanya, namun juga dibencinya. Untuk rasa yang terakhir itu, mungkin hanya sekedar pelampiasan rasa kesal pada keadaan gadisnya itu. Bukan rasa benci yang sesungguhnya.

"Bro!" sebuah tepukan pada bahunya yang disusul dengan sahutan bariton membuat Rio menoleh pada si pemilik suara.

"Kenapa?" tanya Rio malas-malasan.

"Lo yang kenapa?" temannya mengernyit heran. "Gimana kabar dia? Udah hidup?" lanjut teman Rio sengit.

"Dia emang masih hidup kok." jawab Rio santai, emosinya masih stabil.

Teman Rio menghela nafas, selanjutnya duduk disebelah Rio.

"Lo mau gue kenalin sama temen gue gak?" tanyanya pasrah.

"Tergantung. Tujuannya apa nih?" serang Rio.

Temannya mengedikkan bahu. "Terserah elo. Siapa tau bisa gantiin Ify."

"Nah kan, siasat lo itu udah kebaca man. Tapi sorry, ga ada yang bisa gantiin Ify." balas Rio santai.

"Sampai kapan? Sampai Ify bangun? Sampai Ify sembuh? Sampai elo jadi bujang lapuk?" sengit teman Rio.

"Lo do'ain guenya kejem banget Gabriel!" ujar Rio geram. "Do'ain dia cepet bangun kek."

"Lo mikir pake otak dong yo! Emang kalo dia bangun, dia bakal sembuh total? Elo jangan ngimpi ya, orang yg Kanker Otak itu berkemungkinan besar bakal lupa ingatan kalo udah bangun dari koma!"

***

Tak bisa kulupa saat-saat indah bersamamu.
Semua cerita mungkin kini hanya tinggal kenangan.
Kuharus pergi meninggalkanmu didalam sepiku.
Bukan inginku tuk menyakiti perasaanmu.
Maafkan aku.

***

Rio sedikit mengintip keruangan serba putih itu melalui lapisan kaca dibalik pintu. Setelah menurutnya aman, tak ada orang lain sama sekali, ia memilih segera masuk dengan membawa sebuket Baby Rose merah muda. Lalu meletakkan buket itu diatas tumpukan bunga-bunga lainnya yang kini sudah tampak layu.

Ia menatap gadisnya yang masih setengah hidup itu sembari tersenyum menahan perih. Betapa menyedihkan hidup gadisnya, seorang anak perempuan broken home dari ayah dan ibu tunggal. Yang sejak berumur 8 bulan hingga kini hanya dibesarkan oleh neneknya, seorang pensiunan pegawai negeri yang tak mampu lagi berjalan dengan baik. Nenek Ify kini hanya dapat menjalankan bisnis catering kecil-kecilan, namun untungnya penghasilan itu mampu membesarkan Ify.

Dan sekarang Rio mengambil keputusan untuk meninggalkan Ify, dan menjalankan hubungan yang baru bersama Shilla, sahabat Gabriel. Bukannya bermaksud berkhianat, tapi Rio mencintai keduanya. Ia mencintai Ify, namun juga mencintai Shilla. Ahh, hati memang tak dapat selalu berlaku adil.

Rio segera mengecup dahi Ify lembut. Lalu mengusap ubun-ubun Ify yang kini hanya ditumbuhi sedikit rambut dari sisa rambut sepinggangnya yang dulu selalu tergerai indah. Selanjutnya, ia letakkan sebuah amplop Pink bersih tepat dipinggir bantal Ify.

"Maafin aku Fy." sekali lagi Rio mengecup puncak kepala gadisnya.

***

Tidurlah sayangku, mentari t'lah menunggu. Sambutlah pagi nanti dengan hati tersenyum.
Bermimpilah cinta dengan segenap rasa.
Kini tibalah saatnya kita harus berpisah.

Maafkan lah aku yang tak bisa menunggu.
Lupakan saja diriku untuk selama-lamanya.





Saya minta maaf kalo mengecewakan. Alurnya juga agak gak jelas gitu ya? Makanya saya mau ngucapin makasiiiiih banget buat yang nyempetin baca.
Tinggalin jejaknya juga yaa ;D



Sincerly,

@ridyadara27N

0 komentar:

Posting Komentar


up