Aku boleh
jujur?
Aku bosan!
Aku bosan terus terpuruk dalam lingkaran ini,
Cinta diam-diam
Jangan menatap heran ke arahku!
Kamu belum pernah merasakannya
Semua ini luka,
Derita
Rasa sakit ini sepihak,
Dan hanya aku yang rasakan.
Kamu tau apa?
Aku lelah menatapmu dari tempat yang seringkali kau acuhkan
Aku lelah terus menatapmu dari kejauhan,
Dibalik rasa takut untuk menantimu
Ya,
Aku yang selama ini mencintaimu dalam diam
Yang selalu mengharapmu dalam angan
Iya.
Aku yang selama ini mencintaimu dalam diam!
Yang selalu menelan candu dalam kesendirian
Terkadang aku berfikir,
Terkadang aku menangis,
Dan bahkan,
Seringkali ku dapati diriku berfikir sambil menangis
Dimana kesempatan?
Dimana kepekaanmu?
Kapan kamu, setidaknya, menganggapku ada?
Aku rasa,
jika waktu itu datang,
tak ada lagi yang bisa mewakilkan rasa bahagiaku.
Memikirkan itu,
Ternyata membuatku lagi-lagi menangis.
Dan sekarang, sang waktu telah datang.
Kamu akhirnya menyadari keberadaanku.
Aku yang kini,
tak lagi tak terlihat olehmu.
Aku mencurahkan segala perhatianku.
Kamupun,
menabur banyak harapan padaku.
Lalu kini,
apalagi yang tak kamu pahami?
Aku mencintaimu.
Namun aku tau,
aku terlalu biasa-biasa saja untukmu.
Sedangkan kamu,
tak pernah terlihat biasa-biasa saja untukku.
Dimataku,
Kamu istimewa, dengan caramu sendiri.
Lalu,
Kamu ucapkan 3 kata itu.
Yang membuatku kian mencandu.
Aku sudah ada disini.
Berusaha mengukir namaku,
di tempat yang aku impikan sejak dulu.
Hatimu.
Aku sudah ada disini.
Berharap menemukan tambatan,
di tempat yang selalu setia dalam angan.
Ya, hatimu.
Berulang kali, aku menahan diri
yang ingin berteriak pada Dunia.
Aku merasakannya!
Aku jatuh cinta!
Namun bahagia, tak ingin berlama-lama.
Semakin panjang waktu terbentang,
semakin aku menilai.
Ini semua tak benar.
Bukan, bukan kita.
Bukan aku, bukan kamu.
Hanya saja,
keadaan ini sudah salah sejak awal.
Harusnya, aku sadar diri.
Kebahagiaan bukan milikku sendiri.
Kamu telah memiliki.
Dan aku tau,
Seseorang datang, untuk pergi.
